嗡。古魯。蓮生。悉地。吽 - Om Guru Lian Sheng Siddhi Hum

嗡。古魯。蓮生。悉地。吽 - Om Guru Lian Sheng Siddhi Hum

Tuesday, August 26, 2014

Dharmapala Rahula




喇呼拉護法
Dharmapala Rahula


Source : Grand Master Liansheng Book 101

Tiap kali sebelum melaksanakan api homa, terlebih dahulu saya pasti menghaturkan pujana kepada Dharmapala. (Dharmapala adalah Vajra aktivitas)

Pada suatu kali, dari angkasa turun sesosok Dharmapala yang menyeramkan, wujudnya adalah : Tubuh bagian bawah adalah tubuh naga, sekujur tubuh berwarna hitam. Berkepala sembilan, paling atas ada tiga kepala, wajah yang tengah berwarna putih, kanan berwarna biru, kiri berwarna merah ; (Tumpukan) Bagian tengah ada tiga kepala, wajah tengah berwarna biru, kanan hitam, kiri merah ; (tumpukan) paling bawah juga tiga kepala, wajah tengah berwarna hitam, sedangkan wajah di kedua sisi adalah biru.
Berlengan empat, sepasang tangan utama memegang busur dan panah dalam postur memanah, tangan kanan yang kedua mengayunkan tongkat makara keatas. Tangan kiri yang kedua memegang jerat dari ular. Sekujur tubuhnya terdapat mata.

Saya bertanya : “Siapakah nama Dharmapala?”
Beliau menjawab : “Rahula.”

Saat itu saya langsung mengetahui, Dharmapala Rahula ini memperoleh vyakarana dari Bodhisattva Vajrapani, juga merupakan Dharmapala Vajra yang menerima vyakarana dari Padmasambhava.

Beliau adalah salah satu dari Maha-dharmapala avenika di Nyingmapa.

Beliau sangat melindungi seorang sadhaka sejati.
Terhadap orang yang berniat menghancurkan Tri-ratna, bahkan dapat membinasakannya.

Merupakan Dewa Vajra yang mempunyai Dharmabhala tanpa batas. Saat ini merupakan salah satu Dharmapala saya.



Saya mengetahui asal mula dari Rahula, Beliau adalah seorang Rsi dari jaman dahulu yang melakukan bhavana seorang diri di kedalaman gunung dan telah mencapai tingkatan Surga Catur-dhyana, telah mempunyai realisasi yang cukup tinggi.

Raja saat itu mengundangnya untuk membabarkan ajaran di istana.
Raja dan 4 selirnya bersarana kepada Sang Rsi dan memohon abhiseka. Raja dan para selirnya tidak terpisahkan dengan Sang Rsi.

Hal ini menyebabkan para menteri jahat menjadi iri.
Dihadapan Raja, mereka memfitnah bahwa Sang Rsi telah selingkuh dengan empat selir.
Raja tidak terima selirnya berselingkuh dengan Sang Rsi, sehingga mengasingkan mereka kepedalaman gunung dan membakarnya.
Empat selir itu tidak terima difitnah, dengan penuh amarah mereka masuk ke dalam api untuk mengakhiri hidupnya.   

Timbullah amarah Sang Rsi yang menyaksikan kematian empat selir. Sehingga roh-nya berubah menjadi makhluk aneh.
Dharmapala Rahula merupakan Dharmapala yang paling keras.



Dari kisah asal muasal Dharmapala Rahula, saya memperoleh kesan :
Jika Rahula meneruskan bhavana sendirian di kedalaman gunung, secara bertahap dari tingkatan Surga Catur-dhyana, Beliau akan meningkat ke tingkatan Catur-arya. Dan sampai akhirnya Rahula akan merealisasikan Kebuddhaan.

Namun sayang sekali Beliau masuk ke istana, karena istana pada dasarnya hanya megah nampak luarnya saja, padahal sesungguhnya merupakan tempat memperebutkan kekuasaan dan berbagai macam pertikaian, di dalamnya penuh dengan iri dan dengki.

Rahula tidak menghindari wanita, ini juga merupakan sebuah kesalahan besar, seorang sadhaka yang tidak menghidari wanita, pada akhirnya pasti akan mati di tangan wanita, dengan sendirinya mengundang malapetaka.

Seorang sadhaka (ket penterjemah : yang selibat) yang (ket penterjemah : rela) berkumpul dengan wanita , ini merupakan perbuatan bodoh (ket penterjemah : perbuatan menantang bahaya dan rintangan dalam jalan Kebuddhaan). Kita mengetahui bahwa jika seorang sadhaka berkumpul dengan wanita, maka petaka akan datang pada dirinya (ket penterjemah : didera fitnahan dan banyak permasalahan lain. Ingat bahwa dengan menerima Sangha wanita maka semakin cepat pula masa kelenyapan Buddhisme. Buddhisme tidak merendahkan wanita, justru menghormati sebagai manifestasi Prajna dan Baghavati, namun kelahiran sebagai wanita memang kebanyakan akan diliputi oleh berbagai permasalahan dan keterbatasan. Akan tetapi, seperti wejangan Padmasambhava bahwa begitu seorang wanita teguh dalam Bodhicitta mengalahkan segala emosi negatif pembawaan tubuh, maka justru tubuh wanita akan lebih baik dalam mencapai realisasi.).
Begitu empat selir meninggal dunia,
Rahula menyadari bahwa dia yang harus bertanggung jawab, timbullah rasa iba yang menghasilkan kebencian (ket penterjemah : kebencian pada perbuatan Raja dan menteri), sehingga (ket penterjemah : karena kebenciannya) menciptakan makhluk aneh, menjadi Dewa Vajra yang menyeramkan.  

Seharusnya sebelum merealisasi Kebuddhaan, Rahula ada tiga pantangan :  
Tidak boleh memasuki istana.
Pantangan kedua adalah tidak menghindari selir.  
Pantangan ketiga adalah, menimbulkan kebencian.   



Dari kisah Dharmapala Rahula ini, saya teringat diri sendiri , dalam hati saya timbul peringatan :

“Tidak usah lagi dengan khusus menyelamatkan wanita, karena wanita pasti menjadi sumber pertikaian. Siapa tahu tak lama lagi akan timbul permasalahan, dan kelak menjadi kebencian, begitu kita berusaha bersabar, ia akan balik menggigit Anda.”

Pada dasarnya saya sangat bernyali, selalu menanggapi keyakinan wanita, dengan polos saya berusaha membimbing wanita menekuni Buddha Dharma, saya tak gentar pada wujud wanita.

Saya merenung, saya juga telah melakukan dua kesalahan :
Yang pertama, tidak seharusnya memasuki dunia fana.
Yang kedua, tidak menolak siswa wanita.

Hanya saja, saya tidak timbul kebencian. Karena saya memahami, bahwa saya telah merealisasi sampai tingkatan mampu menerima segalanya.

“lapang dada”, ternyata masih terlampau kecil.
“Sangat pengertian terhadap semua hal” Juga masih terlampau kecil;

Hati saya luas bagai angkasa, saya bukan orang yang berhati sempit, saya memandang segala permasalahan sebagai tiada permasalahan.

Dunia fana memang kotor.
Wanita pada dasarnya memang asubha.

Begitu kebencian muncul, akan sangat sukar untuk merealisasikan batin yang leluasa. Saya telah membina batin sampai pada tiada beban, sehingga tidak akan mungkin timbul kebencian.

Diterjemahkan oleh Lianhua Jun Shi An

2 comments: