Amarah dan Kebencian
Om. Guru. Lian-sheng. Siddhi.
Hum
Source : The Scriptures
Translated by 蓮花
Jun 施安
Jika aku membenci, berarti
aku sendiri yang melakukan kejahatan, kenapa demikian ? Sebab tiga alam rendah
diciptakan oleh kebencian. Semua penderitaan di tiga alam rendah disebabkan
perbuatan diri sendiri yang menghasilkan buah penderitaan bagi diri sendiri
pula. - Sutra Vinaya Upasaka -
Dalam Sutra Vinaya Upasaka
ada tertulis :
Orang yang bijaksana, jika
berhadapan dengan makian, hendaknya berpikir demikian :
Kata-kata makian itu tidak
muncul dalam satu saat, sebab saat huruf yang pertama keluar, huruf berikutnya
belum muncul. Namun saat huruf yang berikutnya muncul, huruf yang pertama telah
sirna. Jika bukan dalam satu waktu, apa itu makian ? Itu hanyalah suara angin,
untuk apa aku emosi ?
Tubuhku merupakan gabungan
panca-skandha, jika empat skandha tiada, tiada yang dapat dimaki.
Rupa-skandha terbagi menjadi
sepuluh, nampak eksis karena gabungan, demikianlah gabungan tersebut
didefinisikan oleh arus pikiran yang tidak berhenti, jika tidak berhenti,
siapakah yang menderita makian ?
Ada dua jenis makian :
- Kenyataan ;
- Palsu.
Memaki suciwan agama lain,
atau menggunakan kata-kata jahat dan kotor memaki sekte lain, meskipun
menjuluki diri sendiri sebagai penganut Buddhist yang benar, namun jika kita
memeriksa apa yang tertulis dalam Sutra Buddha , maka kita mengetahui siapakah
mereka sesungguhnya :
"Rumah kediaman bagi
Hyang Tathagata adalah sikap hati senantiasa menyingkirkan penderitaan dan memberikan
kebahagiaan bagi para insan ; Jubah bagi Hyang Tathagata adalah sikap hati yang
lemah lembut dan penuh kesabaran." - Saddharmapundarika Sutra -
"Orang yang mampu
mempraktekkan kesabaran, adalah orang yang agung dan berkekuatan." -Sutra
Warisan Ajaran Buddha -
Mulut yang selalu murni dalam
ucapan, kelak tidak akan menderita bau busuk, suara yang dihasilkan akan merdu,
sehingga menyenangkan semua yang mendengarnya. ( Saddharmapundarika Sutra )
Maha-ratna-kuta Sutra :
Satu pikiran kebencian mampu
menghancurkan kebajikan yang telah ditimbun selama ribuan kalpa.
Avatamsaka Sutra Varga
Aktifitas Samantabhadra : "Wahai putra Buddha, begitu seorang Bodhisattva
Mahasattva membangkitkan satu pikiran kebencian, maka diantara segala macam
kejahatan, tiada yang dapat mengungguli kejahatan ini. Kenapa demikian ? Wahai
putra Buddha, begitu Bodhisattva Mahasattva timbul kebencian, berarti ia sedang
didera ratusan ribu rintangan dalam pelatihan diri."
"Wahai putra Buddha,
begitu Bodhisattva Mahasattva membenci, maka ratusan bahkan ratusan ribu
rintangan menderanya. Kenapa demikian ? Wahai putra Buddha, Aku tidak menjumpai
ada satu kejahatanpun yang melampaui kejahatan satu pikiran kebencian seorang
Bodhisattva."
Sebagian umat Buddha, bisa
sambil memuja Buddha, sambil membenci / mengumpat / memfitnah sekte lain. Atau
bahkan sambil memaki orang suci agama lain.
Ataupun membenci
saudara-saudari Sedharma sendiri. Mari kita lihat bagaimana Yesus mengajarkan,
Yesus yang oleh sebagian oknum dijuluki sebagai Non Dharma :
Tetapi Aku berkata bahwa
apabila kalian marah, sekalipun di rumah sendiri, kalian menghadapi kemungkinan
dihukum.
Apabila kalian mengatai orang
: 'tolol', kalian menghadapi kemungkinan diseret ke hadapan pengadilan.
Dan apabila kalian mengutuki
dia, maka kalian akan sukar menghindari api neraka.
Oleh karena itu, jika engkau
mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu
yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di
depan mezbah itu dan pergilah berdamai dengan saudaramu, lalu kembali untuk
mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:22-24)
Kerugian yang diakibatkan
oleh amarah dan kebencian dapat menghancurkan Dharma kebajikan dan merusak nama
baik. Dalam kehidupan saat ini maupun yang akan datang, menyebabkan orang lain
tidak suka berjumpa dengan kita.
Ketahuilah bahwa kebencian
bagaikan kobaran api, senantiasa waspada untuk mencegahnya, jangan biarkan diri
sendiri terjerumus ke dalamnya. Tidak ada yang dapat melampaui kebencian dalam
hal merampok semua kebajikan yang telah dipupuk selama berkalpa-kalpa.
Source : Sutra Ajaran Buddha
No comments:
Post a Comment